Skip to main content

Posts

Aku Pikir Itu Kamu

  Aku duduk di sebuah cafe dengan laptop, rokok dan segelas kopi. Jam menunjukan pukul 22.00 WIB   Samar-samar aku mencium wangi parfum, yang dulu pernah menjadi wangi yang paling aku suka. Wangi parfummu. Tiba-tiba aku teringat. Saat itu, di depan rumahmu. Kita baru saja melakukan kencan pertama kita. Sehabis turun dari motor bututku, kau menempelkan bagian bawah tanganmu ke hidungku. “Gimana?” tanyamu. “Wangi.” Balasku. “Mulai sekarang inget wangi ini ya. Soalnya parfum ini yang akan selalu aku pakai setiap jalan sama kamu.” Aku balas tersenyum dan mengangguk.   Pernah juga suatu waktu, kamu datang kepadaku dengan muka cemberut. “Kamu kenapa? Ada masalah di kampus?” “Nggak ada.” “Terus kenapa cemberut gitu?” “Parfum aku habis.” “Ya kan tinggal beli. Mau aku temenin?” “Nggak usah, nanti aku minta temenin Riri aja.” “Loh kenapa nggak sama aku?” “Nanti kalau kamu nemenin aku, kamu tau parfum apa yang aku pakai. Terus nanti pas kita uda...
Recent posts

Gagal Bertemu

Malam ini hujan turun di Bandung dan aku duduk sendiri di pojok kafe ditemani segelas kopi susu khas kafe ini yang bagiku tidak ada bedanya dengan kopi susu di kafe lain. Harusnya aku tidak sendiri. Ada seorang wanita yang sedang menuju ke sini untuk berbincang denganku malam ini. Tapi sialnya, hujan menghambat pertemuan kami. Sesekali aku melihat ke arah pintu masuk sambil berharap ia segera datang. Namun yang aku lihat hanya orang yang sedang berlalu-lalang.   Satu jam berlalu dan aku masih saja menunggu.   Rasanya aku sering sekali berada di posisi seperti ini. Datang tepat waktu sesuai dengan jam yang ditentukan, namun yang ikut menentukan, tidak menepatinya.   Mungkin baginya ini hanyalah pertemuan sepele yang tidak perlu datang tepat waktu, tapi bagiku, bertemu dengannya adalah sesuatu. Aku sengaja mengosongkan waktu agar bisa bertemu. Walau hanya sesaat, setidaknya bisa berjumpa tanpa halangan layar kaca.   Hujan mulai reda namun ia tak kunju...

Buru-buru

Kenapa sih kita harus buru-buru? Buru-buru kuliah, Buru-buru lulus, Buru-buru sampai tujuan. Memang kalau kita sudah sampai di titik yang ingin kita tuju, lalu apa? Melanjutkan ke titik yang lain? Iya betul, tapi bukankah itu melelahkan? Karena buru-buru melakukan sesuatu, kita kerap kali dibuat lupa akan hal-hal kecil yang justru penting untuk diperhatikan. Contoh, buru-buru ke kampus, pas udah di jalan, eh, lupa bawa laptop. Akhirnya balik lagi. Bukannya menyelesaikan satu masalah, malah menambah masalah baru. Hadeeeh. Kalau kata Kale, di film NKCTHI, “Sabar, satu persatu.” Jadi, nggak usah buru-buru untuk mengejar apa yang kita mau. Pelan-pelan saja. Karena waktu terbaik adalah waktu yang tepat. Bukan waktu yang terburu-buru. love you.

Aku Ingin Menjadi Seperti Dia

Aku ingin menjadi seperti dia. Aku ingin menjadi seperti dia, yang bisa pergi ke tempat-tempat yang ia inginkan. Aku ingin menjadi seperti dia, yang bisa hidup dari hanya berbicara di depan kamera. Aku ingin menjadi seperti dia, yang hidupnya santai tanpa harus memikirkan “besok harus apa?” Aku ingin menjadi seperti dia, yang punya penghasilan tetap dan tunjangan di hari tua. Aku ingin menjadi seperti dia, yang punya jam kerja fleksibel tanpa harus menunggu bel. Aku ingin menjadi seperti dia, yang bisa kuliah dengan biaya sendiri tanpa merepotkan orang tua. Aku ingin menjadi seperti dia, yang bisa focus kuliah tanpa harus memikirkan biaya. Aku ingin… Banyak dari kita yang terlalu sibuk ingin menjadi orang lain. Ingin berada di posisi orang yang kita tidak tau seperti apa sebenarnya hidup yang sedang ia jalani. Seberat apa cobaan yang ia hadapi. Kita terlalu banyak berandai-andai, "Enak ya jadi dia, bisa blablabla..."Padahal, bisa jadi or...

Sabar Dulu Ya

Hai. Sekarang udah jam 02.15 dini hari. Aku mulai bingung mau ngapain lagi. Main game udah, nonton youtube udah, buka instagram isinya itu-itu aja, buka twitter lagi males, mau tidur takut nggak sahur dan kelewatan shubuh. Biasanya,   jam segini aku lagi sibuk nyeting set buat suting #BCTLAH. Tapi karena perhari ini Markicabs libur, akhirnya ucup milih untuk pulang ke Cariu, Jupri balik ke kosan dan di kantor tinggal aku sama bang Dzawin. Tadi si Jupri ngabarin mau ke sini sih, tapi kayaknya dia lagi ngelewatin rintangan benteng takeshi deh, jadi agak lama. Oh iya akhir-akhir ini aku lagi suka bikin video untuk channel youtube aku, Fitrah HS. Jangan lupa di subscribe ya :) isinya sih Cuma obrolan remeh yang ngalor-ngidul, tapi nggak tau kenapa, banyak yang nonton. Mungkin mereka suka dengan pembahasannya atau mungkin mereka suka dengan salah satu di antara kita. Apapun itu, aku tetep berharap semoga mereka nonton karena memang suka sama pembahasannya. Keadaan di...

Prioritas dan Serba Salah

Gue selalu suka mendengarkan cerita dari orang-orang sekitar gue. Entah cerita tentang cinta, keluarga, bahkan mengkhayal tentang masa tua. Beberapa hari yang lalu, gue sempet dm-dman sama salah satu mutualan gue di twitter. Sebut saja namanya Melati (nama samaran). Dia bercerita kalau hubungannya yang sedang tidak baik-baik saja dengan pacarnya. Hal tersebut dikarenakan pacarnya ini ternyata punya sahabat cewek yang deket banget. Ketika mendengar hal ini, gue langsung berpikir tentang bagaimana si cewek ini bisa jadi sahabat si cowok. Di beberapa kota besar, kerap terjadi ketika seorang cowok dan cewek bersahabat, maka kemungkinan besar adalah salah satu dari mereka ada yang suka atau pernah suka. Tapi karena sudah terlanjur dekat, mereka memilih untuk menjadi sahabat karena tidak ingin hubungan mereka rusak. Atau salah satu dari mereka ada yang pernah nembak dan ditolak dengan alasan, “Kita temenan aja ya.” atau “Aku tuh udah nganggep kamu kayak kakak/adik aku sendiri.” Dan akhi...

SETAHUN BERLALU

Sebelum kalian membaca tulisan ini, alangkah baiknya kalian membaca tulisan di  https://kalanestapa.blogspot.com/2020/03/aksara-usang.html?m=1  Karena tulisan ini, adalah sebuah balasan untuk Kala Nestapa. ____________________________ Kau tau, saat aku memutuskan untuk mengucapkan kata perpisahan, sesungguhnya aku belum siap dengan perpisahan itu sendiri. Tidak ada dalam rencanaku untuk berpisah denganmu malam itu. Yang ada direncanaku adalah mengungkapkan kegelisahan yang sudah lama mengganjal di hati. Namun, aku tidak merasakan adanya itikad baik darimu untuk berubah. Yang aku ingat, saat itu kau hanya terdiam dengan tatapan pasrah, mata yang mulai basah dan pikiran yang tak tentu arah. Aku berpikir apa yang sebenarnya sedang kau rasakan malam itu? Apakah kau merasa semua omonganku benar adanya, atau kau memiliki pembelaan yang tak kuat untuk diucapkan, atau kau ingin ke kamar mandi untuk mengeluarkan sesuatu yang tertahankan. Aku tidak menemukan jawaban. Wa...