Sebelum kalian membaca tulisan ini, alangkah baiknya kalian membaca tulisan di https://kalanestapa.blogspot.com/2020/03/aksara-usang.html?m=1 Karena tulisan ini, adalah sebuah balasan untuk Kala Nestapa.
____________________________
Kau tau, saat aku memutuskan untuk mengucapkan kata perpisahan, sesungguhnya aku belum siap dengan perpisahan itu sendiri. Tidak ada dalam rencanaku untuk berpisah denganmu malam itu. Yang ada direncanaku adalah mengungkapkan kegelisahan yang sudah lama mengganjal di hati. Namun, aku tidak merasakan adanya itikad baik darimu untuk berubah. Yang aku ingat, saat itu kau hanya terdiam dengan tatapan pasrah, mata yang mulai basah dan pikiran yang tak tentu arah.
Aku berpikir apa yang sebenarnya sedang kau rasakan malam itu? Apakah kau merasa semua omonganku benar adanya, atau kau memiliki pembelaan yang tak kuat untuk diucapkan, atau kau ingin ke kamar mandi untuk mengeluarkan sesuatu yang tertahankan.
Aku tidak menemukan jawaban.
Waktu pun berlalu, tidak terasa kita sudah melewati perpisahan ini selama setahun. Setahun yang berat untuk mengikhlaskan kejadian ini, setahun yang rumit untuk menata hati, setahun yang sulit untuk menemukan kembali.
Aku senang mendengar kabar kalau ternyata kau mulai menikmati apa yang sejak dulu aku geluti. Sesuatu yang bagimu hanyalah buang-buang waktu, kini kau menikmatinya sampai lupa waktu. Bisakah kita sedikit bernostalgia sambil menangkap momen bersama? Ini adalah sebuah ajakan yang menurutku sangat gila dan tak mungkin kau menyetujuinya. Karena kini, kau tak sebebas dulu. Sudah ada hati yang harus dijaga, katamu.
Sedikit saran dariku, jika memang sudah ada hati yang harus kau jaga, kenapa tidak kau titipkan sebentar kepada orang lain. Jika hatinya kau anggap rumah, titipkanlah pada tetanggamu dan bilang kalau kau sedang ingin pergi sejenak, ke tempat yang dulu pernah menjadi tempat bersandar paling nyaman. Tidakkah kau rindu terhadap sesuatu yang dulu sering kita lakukan? Bergosip tentang senior yang banyak kata tapi tak ada isi sambil memegang jakun banci yang dipenuhi oleh kuaci.
Jika move on adalah sebuah perlombaan, kau adalah pemenangnya. Kau dengan cepat mengikhlaskan yang terjadi, menata hati dan menemukan pasanganmu kembali. Dan meninggalkan aku sendiri, seorang pecundang yang dengan bodohnya menikmati kekalahan. Tapi kita sama-sama sepakat, bahwa move on bukanlah sebuah perlombaan. Melainkan sebuah pendewasaan.
Kok ga ada love u nya bang
ReplyDelete