Skip to main content

"Warkop Dong"


Warkop Dong

Cantik doang, nggak mampir.

Itulah nama warkop beserta slogannya  yang sudah hampir enam bulan ini menjadi tempat nongkrong favorit bahkan pelarian bagi gue.

Warkop tersebut adalah milik abang gue (awalnya punya abang gue sama jupri, tapi kabar terbaru Jupri pergi meninggalkan warkop untuk focus kuliah dan pekerjaannya).
Gue disana cuma bantu-bantu. Jadi kalau abang gue dan jupri sedang ada acara, gue disana menjadi penjaga.

Di Warkop Dong gue belajar banyak. Bagaimana memasak mie dengan telor yang rapih (ini telornya pake kemeja + dasi kali ya), bikin roti bakar (wong solo), masak air, dan sejauh ini perkembangan gue di Warkop Dong sangat pesat. Sekarang gue jago banget bikin nutrisari, apa lagi yang jeruk peras.

Sangat pesat, bukan?

Selain bisa belajar banyak, di warkop dong juga menjadi pelarian bagi gue. Ketika gue bingung mau kemana, warkop dong adalah jalan keluar bagi gue. Karena disana gue bukan cuma nongkrong nggak jelas. Disana gue juga diskusi berbagai macam hal. Mungkin itu ya esensi dari sebuah warung kopi. Berawal dari minum kopi berujung pada pembicaraan yang terbawa mimpi. Nggak sedikit dari hasil diskusi gue dengan para pengunjung warkop yang membuat gue berpikir kembali terhadap sudut pandang yang selama ini gue yakin benar.  Dan juga sering kali hasil diskusi tersebut membuat mata gue lebih terbuka.

Tapi, warkop dong sedikit lagi akan tutup dikarenakan sang pemilik tempat tidak ingin meneruskan kontrak. Jadi mungkin setelah ini gue akan mencari tempat lain atau hal lain atau mungkin orang lain untuk gue jadikan sebagai pelarian.

Terima kasih yang sudah mampir.

I Love You.


Comments

Popular posts from this blog

Cewek bilang kangen

“Wajar gak sih kalau cewek bilang kangen ke cowok?” Gue dapet pertanyaan ini dari temen gw, sebut saja namanya Elis. Nama panjangnya, Pensil Elis.  Sore itu, gue lagi asik ngobrol sama Elis. Dia cerita kalau dia lagi deket sama seorang cowok yang misterius. Awalnya gw mikir “misterius” disini itu si cowok memang make topeng gitu kaya Rey Misterio. Tapi setelah itu dia ngejelasin kalau misterius yang dia maksud adalah susah ditebak. Misalnya malem ini dia abis telponan berjam-jam dan besoknya tiba-tiba dia hilang nggak ada kabar. Atau dia abis makan malam bareng di suatu hari tanpa sengaja kita berjumpa. Ciee nyanyi. Enggak enggak. Jadi dia abis makan di suatu restoran, trus tiba-tiba besoknya dia nyalon jadi presiden. Gak ketebak banget dah. Setelah cerita panjang lebar tentang si cowok misterius itu, Elis langsung nanya ke gue. “Wajar gak sih kalau cewek bilang kangen ke cowok?” “wajar sih menurut gue” “tapi gue kan cewek trah, masa gue yang bilang kangen duluan...

Aku Pikir Itu Kamu

  Aku duduk di sebuah cafe dengan laptop, rokok dan segelas kopi. Jam menunjukan pukul 22.00 WIB   Samar-samar aku mencium wangi parfum, yang dulu pernah menjadi wangi yang paling aku suka. Wangi parfummu. Tiba-tiba aku teringat. Saat itu, di depan rumahmu. Kita baru saja melakukan kencan pertama kita. Sehabis turun dari motor bututku, kau menempelkan bagian bawah tanganmu ke hidungku. “Gimana?” tanyamu. “Wangi.” Balasku. “Mulai sekarang inget wangi ini ya. Soalnya parfum ini yang akan selalu aku pakai setiap jalan sama kamu.” Aku balas tersenyum dan mengangguk.   Pernah juga suatu waktu, kamu datang kepadaku dengan muka cemberut. “Kamu kenapa? Ada masalah di kampus?” “Nggak ada.” “Terus kenapa cemberut gitu?” “Parfum aku habis.” “Ya kan tinggal beli. Mau aku temenin?” “Nggak usah, nanti aku minta temenin Riri aja.” “Loh kenapa nggak sama aku?” “Nanti kalau kamu nemenin aku, kamu tau parfum apa yang aku pakai. Terus nanti pas kita uda...

Gagal Bertemu

Malam ini hujan turun di Bandung dan aku duduk sendiri di pojok kafe ditemani segelas kopi susu khas kafe ini yang bagiku tidak ada bedanya dengan kopi susu di kafe lain. Harusnya aku tidak sendiri. Ada seorang wanita yang sedang menuju ke sini untuk berbincang denganku malam ini. Tapi sialnya, hujan menghambat pertemuan kami. Sesekali aku melihat ke arah pintu masuk sambil berharap ia segera datang. Namun yang aku lihat hanya orang yang sedang berlalu-lalang.   Satu jam berlalu dan aku masih saja menunggu.   Rasanya aku sering sekali berada di posisi seperti ini. Datang tepat waktu sesuai dengan jam yang ditentukan, namun yang ikut menentukan, tidak menepatinya.   Mungkin baginya ini hanyalah pertemuan sepele yang tidak perlu datang tepat waktu, tapi bagiku, bertemu dengannya adalah sesuatu. Aku sengaja mengosongkan waktu agar bisa bertemu. Walau hanya sesaat, setidaknya bisa berjumpa tanpa halangan layar kaca.   Hujan mulai reda namun ia tak kunju...