Warkop Dong
Cantik doang, nggak mampir.
Itulah nama warkop beserta slogannya yang sudah hampir enam bulan ini menjadi
tempat nongkrong favorit bahkan pelarian bagi gue.
Warkop tersebut adalah milik abang gue (awalnya punya
abang gue sama jupri, tapi kabar terbaru Jupri pergi meninggalkan warkop untuk
focus kuliah dan pekerjaannya).
Gue disana cuma bantu-bantu. Jadi kalau abang gue dan
jupri sedang ada acara, gue disana menjadi penjaga.
Di Warkop Dong gue belajar banyak. Bagaimana memasak mie
dengan telor yang rapih (ini telornya pake kemeja + dasi kali ya), bikin roti
bakar (wong solo), masak air, dan sejauh ini perkembangan gue di Warkop Dong
sangat pesat. Sekarang gue jago banget bikin nutrisari, apa lagi yang jeruk
peras.
Sangat pesat, bukan?
Selain bisa belajar banyak, di warkop dong juga menjadi
pelarian bagi gue. Ketika gue bingung mau kemana, warkop dong adalah jalan
keluar bagi gue. Karena disana gue bukan cuma nongkrong nggak jelas. Disana gue
juga diskusi berbagai macam hal. Mungkin itu ya esensi dari sebuah warung kopi.
Berawal dari minum kopi berujung pada pembicaraan yang terbawa mimpi. Nggak
sedikit dari hasil diskusi gue dengan para pengunjung warkop yang membuat gue
berpikir kembali terhadap sudut pandang yang selama ini gue yakin benar. Dan juga sering kali hasil diskusi tersebut
membuat mata gue lebih terbuka.
Tapi, warkop dong sedikit lagi akan tutup dikarenakan sang
pemilik tempat tidak ingin meneruskan kontrak. Jadi mungkin setelah ini gue
akan mencari tempat lain atau hal lain atau mungkin orang lain untuk gue
jadikan sebagai pelarian.
Terima kasih yang sudah mampir.
I Love You.
Comments
Post a Comment