Di akhir tahun 2018 kemarin. Ada beberapa
temen di Instagram gue yang ngetag gue di storiesnya dia dengan tulisan “Terniat
Ngebuat Stories jatuh kepada…” dan ada nama gue di salah satu kolomnya.
Gue nggak tau itu sebuah pujian
atau sindiran, yang pasti gue seneng karena tidak secara langsung mereka
memerhatikan stories gue :)
Gue yakin di antara kalian, pasti
banyak berpendapat bahwa:
“Gila si Fitrah niat banget nih
bikin Instastoriesnya”
“Fitrah kalau bikin Stories dua semester
kali ya?”
“Kalau diliat-liat si Fitrah manis
juga ya” :)
Kata-kata di atas adalah beberapa
kalimat yang sering dilontarkan temen-temen ke gue.
Awal mula gue bikin stories yang
ala-ala seperti itu, gue terinspirasi dari sebuah akun Instagram yang bernama
@madariyanhadi. Kalian bisa cek aja akun Instagram dan twitternya.
Dia adalah orang yang pertama kali
mencetuskan hashtag #MadeWithStories. Setau gue, dia buat gerakan ini, karena
merasa bosan dengan instastories yang isinya gitu-gitu aja. Let say, selfie, boomerang,
review produk atau tempat, lagu galau dengan background hitam trus ada tulisan
kecil di pojok. Dengan adanya #MadeWithStories setidaknya ada gambaran baru
ketika kita hendak membuat InstaStories. Kenapa namanya #MadeWithStories,
karena memang pembuatannya hanya menggunakan InstaStories tanpa ada bantuan
aplikasi lain.
Sekarang #MadeWithStories udah
mulai berkembang dan semakin banyak orang yang mulai menerapkan di
InstaStoriesnya.
Sebenernya membuat stories yang biasa
gue bikin, itu nggak selama yang kalian bayangkan.
Ada temen gue yang nanya, “Lu kalau
mau bikin Stories gitu berapa lama trah?” sebenernya nggak selama yang kalian
bayangkan. gue juga bingung sih, karena gue nggak pernah menghitung berapa lama
waktu yang gue butuhkan untuk membuat satu instastories. Tapi yang pasti gue
nggak pernah merasa waktu gue terbuang sia-sia. Entah karena memang bener-bener
nggak lama atau karena memang gue terlalu suka dengan konten instastories yang
kayak gini, sehingga ngebuat gue lupa waktu.
Kalian pernah nggak sih melakukan
sesuatu yang menurut orang lain lama tapi karena kalian suka melakukannya jadi
nggak kerasa. Pernah? Nah mungkin itulah yang gue rasakan ketika membuat
stories di Instagram. Bahkan menurut gue, lebih lama cewe selfie/boomerang dari
pada membuat satu postingan stories gue.
Yah kalian tau sendiri bagaimana
tingkah (kebanyakan) cewek ketika mau selfie/boomerang. Cari angle, cari
pencahayaan, cari kerjaan trus cekrek. Apakah hanya itu? Oh tentu tidak.
Setelah fase cekrek, akan ada timbul komentar-komentar khas mereka, “IHH KOK
GUENYA GENDUTAN SIH!?!?!?!?”, “GAYA GUE NGGAK BANGET DEH, APUS-APUS!!”, “IHH
KOK VIDEO SIH.. HARUSNYA FOTO DONG!!” dan setelah fase berkomentar akan ada
yang nyeletuk “Foto lagi deh”, “Sekali lagi deh” atau “Sef dulu deh baru kita
foto lagi”
Dan mereka pun memulainya kembali
hingga lupa waktu.
Antara kasus stories gue dengan
kasus cewek selfie sebenernya ada kemiripan, yaitu senang ketika melakukannya. Tapi
kalau kalian tetep menganggap kalau stories gue lebih ribet, ya terserah
kalian.
Yaah ngambek..
Terakhir, kalau kalian baca postingan ini dan tertarik untuk ngebuat stories kayak gue, kita bisa sharing bareng. Sambil nongkrong, sambil makan, atau sambil nonton? haha
Kalau cowok mah nongkrong aja kali ya, nggak usah sambil nonton. jijik woy!
Gitu aja dari gue, terima kasih
yang udah mampir.
I Love You.
eew lu aja kalo lagi ngedit instastories udah kaya orang autis yaa tidak peduli lingkungan hidup!
ReplyDelete