Skip to main content

Aku Pikir Itu Kamu

 

Aku duduk di sebuah cafe dengan laptop, rokok dan segelas kopi.

Jam menunjukan pukul 22.00 WIB

 

Samar-samar aku mencium wangi parfum, yang dulu pernah menjadi wangi yang paling aku suka. Wangi parfummu.

Tiba-tiba aku teringat.

Saat itu, di depan rumahmu. Kita baru saja melakukan kencan pertama kita. Sehabis turun dari motor bututku, kau menempelkan bagian bawah tanganmu ke hidungku.

“Gimana?” tanyamu.

“Wangi.” Balasku.

“Mulai sekarang inget wangi ini ya. Soalnya parfum ini yang akan selalu aku pakai setiap jalan sama kamu.”

Aku balas tersenyum dan mengangguk.

 

Pernah juga suatu waktu, kamu datang kepadaku dengan muka cemberut.

“Kamu kenapa? Ada masalah di kampus?”

“Nggak ada.”

“Terus kenapa cemberut gitu?”

“Parfum aku habis.”

“Ya kan tinggal beli. Mau aku temenin?”

“Nggak usah, nanti aku minta temenin Riri aja.”

“Loh kenapa nggak sama aku?”

“Nanti kalau kamu nemenin aku, kamu tau parfum apa yang aku pakai. Terus nanti pas kita udah nggak bareng-bareng lagi, kamu beliin parfum ini buat cewek baru kamu. Aku nggak mau.”

Aku pun tertawa.

--

Wangi parfum semakin kuat. Mataku berpaling dari layar dan melihat sekitar. Mencari-cari dari mana wangi parfum ini berasal.

Tidak berselang lama, sesosok wanita dengan jaket kuning dan jeans hitam melewati mejaku dan membuat wangi parfum semakin jelas terhirup. Ia melangkah ke arah pojok café dan duduk seorang diri. Sial! Ia membelakangiku.

Aku pun berdiri dan berjalan ke arah toilet. Bukan untuk buang air, namun untuk memastikan siapakah wanita dengan wangi parfum ini.

Perlahan aku melihat wajahnya dan yang ku dapat adalah wajah wanita lain.

Ahh! Aku pikir itu kamu.

Comments

  1. Ku pikir juga begitu, apa yg akan dilakukan jika itu orang yg diharapkan

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Cewek bilang kangen

“Wajar gak sih kalau cewek bilang kangen ke cowok?” Gue dapet pertanyaan ini dari temen gw, sebut saja namanya Elis. Nama panjangnya, Pensil Elis.  Sore itu, gue lagi asik ngobrol sama Elis. Dia cerita kalau dia lagi deket sama seorang cowok yang misterius. Awalnya gw mikir “misterius” disini itu si cowok memang make topeng gitu kaya Rey Misterio. Tapi setelah itu dia ngejelasin kalau misterius yang dia maksud adalah susah ditebak. Misalnya malem ini dia abis telponan berjam-jam dan besoknya tiba-tiba dia hilang nggak ada kabar. Atau dia abis makan malam bareng di suatu hari tanpa sengaja kita berjumpa. Ciee nyanyi. Enggak enggak. Jadi dia abis makan di suatu restoran, trus tiba-tiba besoknya dia nyalon jadi presiden. Gak ketebak banget dah. Setelah cerita panjang lebar tentang si cowok misterius itu, Elis langsung nanya ke gue. “Wajar gak sih kalau cewek bilang kangen ke cowok?” “wajar sih menurut gue” “tapi gue kan cewek trah, masa gue yang bilang kangen duluan...

Gagal Bertemu

Malam ini hujan turun di Bandung dan aku duduk sendiri di pojok kafe ditemani segelas kopi susu khas kafe ini yang bagiku tidak ada bedanya dengan kopi susu di kafe lain. Harusnya aku tidak sendiri. Ada seorang wanita yang sedang menuju ke sini untuk berbincang denganku malam ini. Tapi sialnya, hujan menghambat pertemuan kami. Sesekali aku melihat ke arah pintu masuk sambil berharap ia segera datang. Namun yang aku lihat hanya orang yang sedang berlalu-lalang.   Satu jam berlalu dan aku masih saja menunggu.   Rasanya aku sering sekali berada di posisi seperti ini. Datang tepat waktu sesuai dengan jam yang ditentukan, namun yang ikut menentukan, tidak menepatinya.   Mungkin baginya ini hanyalah pertemuan sepele yang tidak perlu datang tepat waktu, tapi bagiku, bertemu dengannya adalah sesuatu. Aku sengaja mengosongkan waktu agar bisa bertemu. Walau hanya sesaat, setidaknya bisa berjumpa tanpa halangan layar kaca.   Hujan mulai reda namun ia tak kunju...