Skip to main content

Pemberi Bantuan


Dari     : Aku
Untuk : Kamu, yang menawarkan sebuah bantuan.

Hai,

Apa kabar?

Ku harap kau baik-baik saja. (sambil nyanyi lagunya kangen band)

Maaf aku tidak bisa menerimamu lebih dari seorang teman, maaf aku tidak bisa membiarkan hubungan kita beranjak lebih jauh.

Aku suka semua yang ada di dirimu. Aku suka matamu, aku suka hidungmu, aku suka bagaimana kau memperlakukanku. Tapi sayangnya, aku masih belum selesai. Aku masih belum selesai dengan masa laluku, aku masih belum selesai dengannya.

Kau menawarkan aku sebuah bantuan untuk menyelesaikan urusanku dengan masa laluku. Aku menghargai bantuanmu. Tapi aku tidak ingin merepotkanmu. Mungkin lebih tepatnya, aku tidak ingin kau terluka. Aku takut ketika kau sudah hadir di tengah-tengah kehidupanku, ketika kita bukan lagi sekadar teman, justru aku tidak beranjak dari masa laluku. Aku takut kau mulai kewalahan denganku.
Jadi aku berpikir, biarkan aku dan hatiku yang mengurus setiap kepingan ini. Oke?

Kau bertanya kepadaku, sudah sejauh mana prosesku melupakannya.

Jika di persentasekan, mungkin sekitar 80%.

Awalnya aku berpikir, bahwa aku sudah benar-benar melupakannya. Teman-temanku sudah tidak pernah bertanya apa-apa tentangnya, bahkan sejak pertemuan terakhirku dengannya, saat dia mengucapkan selamat tinggal untuk kedua kalinya, aku sudah tidak pernah bertemu, bahkan berhubungan dengannya.

Sampai akhirnya, di suatu malam, sekitar jam delapan. Dia datang kembali. Bukan dalam bentuk fisik, tapi dalam bentuk pesan masuk di sebuah aplikasi chat. Pesannya hanya empat karakter yang menunjukan sebuah sapaan. Namun, sudah bisa mengacak-acak malamku.

Aku langsung menelpon teman dekatku, bertanya apa yang harus aku lakukan. Temanku bilang, “Jawab saja seadanya.” Lalu aku jawab “Seadanya”, bukan dong. Aku jawab, “Kenapa?” setelah itu, dia hanya melihat pesanku tanpa memberikan sebuah jawaban.

Aku menunggu, sepuluh menit, dua pulang menit, sampai dua jam kemudian pun, tetap tidak ada jawaban. Aku mulai mengira-ngira, apa yang membuat dia tiba-tiba datang kembali.

Apakah dia sedang rindu kepadaku?
Atau ingin bertanya tentang mata kuliah?
Atau dia ingin mengajakku untuk gabung MLM?
Ahh pikiranku tak karuan malam itu.

Dan kau tau, persentase yang awalnya 80% tiba-tiba hancur menjadi 0%.

Dan aku baru menyadari, selama ini aku tidak benar-benar melupakannya. semua kenangan tentangnya tersimpan rapih. Aku masih menyimpan semua kenangan tentangnya. foto bersama, screenshot chatingan. Aku bahkan masih ingat setiap detail kejadian yang pernah kita lakukan bersama.

Jika kau bertanya, apa yang aku butuhkan saat ini. Aku membutuhkan banyak hal.
Aku membutuhkan; uang untuk bayar kosan, mobil, handphone baru, tiket nonton konser Shawn Mendes, gunting kuku yang bagus (soalnya kalau murah sering banget hilang), persediaan mie instan, apa lagi ya??

Maaf kalau aku sedikit bergurau.

Coba kita ganti pertanyaannya. Apa yang aku butuhkan untuk melupakannya. begitu?
Kalau pertanyaan begitu, maka jawabanku:
“Aku hanya membutuhkan ruang dan waktu untuk menyelesaikan ini.”
“Hanya itu?”
“Ya, hanya itu.”

Dan ketika urusanku dengan masa laluku sudah selesai, aku akan kembali kepadamu, sebagai seorang pribadi yang baru, yang datang dengan hati yang sudah siap di isi olehmu.
(ett itu hati apa kontrakan bisa di isi)

Namun, seandainya aku sudah siap melangkah, justru kau sudah beranjak ke hati yang lain. tidak apa-apa. Mungkin memang kau bukan jodohku. Mungkin Tuhan sedang mempersiapkan aku dengan yang lain.

Mungkin ini sudah jadi rencana Tuhan. Bahwa kau memang ditakdirkan hanya sebagai seorang pemberi bantuan yang terlewatkan. Sebagai orang yang hanya mampir, lalu pergi.

Entah setelah ini, aku akan ke hati yang mana lagi, aku tidak tahu. Aku juga tidak tahu apakah setelah ini aku akan mendapatkan  my true love, atau justru kembali jatuh, seperti yang ku rasakan saat ini. Aku tidak tahu.

Dan terakhir, aku ingin mengucapkan terima kasih.

Terima kasih karena pernah menganggapku istimewa dan terima kasih atas setiap celetukan yang mengundang tawa.

Terima kasih atas setiap cerita yang kau bagi dan terima kasih atas setiap senyuman yang kau beri.

Terima kasih.

Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

Cewek bilang kangen

“Wajar gak sih kalau cewek bilang kangen ke cowok?” Gue dapet pertanyaan ini dari temen gw, sebut saja namanya Elis. Nama panjangnya, Pensil Elis.  Sore itu, gue lagi asik ngobrol sama Elis. Dia cerita kalau dia lagi deket sama seorang cowok yang misterius. Awalnya gw mikir “misterius” disini itu si cowok memang make topeng gitu kaya Rey Misterio. Tapi setelah itu dia ngejelasin kalau misterius yang dia maksud adalah susah ditebak. Misalnya malem ini dia abis telponan berjam-jam dan besoknya tiba-tiba dia hilang nggak ada kabar. Atau dia abis makan malam bareng di suatu hari tanpa sengaja kita berjumpa. Ciee nyanyi. Enggak enggak. Jadi dia abis makan di suatu restoran, trus tiba-tiba besoknya dia nyalon jadi presiden. Gak ketebak banget dah. Setelah cerita panjang lebar tentang si cowok misterius itu, Elis langsung nanya ke gue. “Wajar gak sih kalau cewek bilang kangen ke cowok?” “wajar sih menurut gue” “tapi gue kan cewek trah, masa gue yang bilang kangen duluan...

Aku Pikir Itu Kamu

  Aku duduk di sebuah cafe dengan laptop, rokok dan segelas kopi. Jam menunjukan pukul 22.00 WIB   Samar-samar aku mencium wangi parfum, yang dulu pernah menjadi wangi yang paling aku suka. Wangi parfummu. Tiba-tiba aku teringat. Saat itu, di depan rumahmu. Kita baru saja melakukan kencan pertama kita. Sehabis turun dari motor bututku, kau menempelkan bagian bawah tanganmu ke hidungku. “Gimana?” tanyamu. “Wangi.” Balasku. “Mulai sekarang inget wangi ini ya. Soalnya parfum ini yang akan selalu aku pakai setiap jalan sama kamu.” Aku balas tersenyum dan mengangguk.   Pernah juga suatu waktu, kamu datang kepadaku dengan muka cemberut. “Kamu kenapa? Ada masalah di kampus?” “Nggak ada.” “Terus kenapa cemberut gitu?” “Parfum aku habis.” “Ya kan tinggal beli. Mau aku temenin?” “Nggak usah, nanti aku minta temenin Riri aja.” “Loh kenapa nggak sama aku?” “Nanti kalau kamu nemenin aku, kamu tau parfum apa yang aku pakai. Terus nanti pas kita uda...

Gagal Bertemu

Malam ini hujan turun di Bandung dan aku duduk sendiri di pojok kafe ditemani segelas kopi susu khas kafe ini yang bagiku tidak ada bedanya dengan kopi susu di kafe lain. Harusnya aku tidak sendiri. Ada seorang wanita yang sedang menuju ke sini untuk berbincang denganku malam ini. Tapi sialnya, hujan menghambat pertemuan kami. Sesekali aku melihat ke arah pintu masuk sambil berharap ia segera datang. Namun yang aku lihat hanya orang yang sedang berlalu-lalang.   Satu jam berlalu dan aku masih saja menunggu.   Rasanya aku sering sekali berada di posisi seperti ini. Datang tepat waktu sesuai dengan jam yang ditentukan, namun yang ikut menentukan, tidak menepatinya.   Mungkin baginya ini hanyalah pertemuan sepele yang tidak perlu datang tepat waktu, tapi bagiku, bertemu dengannya adalah sesuatu. Aku sengaja mengosongkan waktu agar bisa bertemu. Walau hanya sesaat, setidaknya bisa berjumpa tanpa halangan layar kaca.   Hujan mulai reda namun ia tak kunju...