Skip to main content

Second account

Gue baru menyadari, ternyata hampir setiap orang di sekitar gue memiliki second account.

Ada yang untuk hobi, ada yang untuk nyampah, ada yang untuk nge-stalk dan ada juga yang untuk memperlancar peredaran darah.

Hmm…

Oke, kita bahas satu persatu.

Untuk Hobi

Ini biasa dilakukan oleh orang-orang yang memiliki hobi dibidang seni. Kayak photography, sajak, menggambar/melukis, design. Hal ini dilakukan untuk mengkhususkan sesuatu, jadi first account-nya untuk daily, dan second account-nya untuk hobi/karya. 

Untuk Nyampah

Ini biasa dilakukan oleh cewek-cewek sih. Biasanya berisi foto-foto hasil selfie yang kalau dibuang sayang, kalau disimpen menuh-menuhin memori.

Untuk nge-Stalk

Sebelum membahas stalk, gue punya tebak-tebakan:

Siapa pahlawan marvel yang sering banget nge-stalk?

Ironman, tony stalk. :)

Oke, lanjut.

Ini sering terjadi di kota-kota besar ya. menurut gue, nge-stalk itu manusiawi. Karena berawal dari rasa penasaran yang tinggi terhadap seseorang, akhirnya kita mencari-cari tentang orang tersebut. Tapi nge-stalk itu menurut gue harus hati-hati coy, karena kerap terjadi ketika kita sedang asik nge-stalk seseorang, scroll kebawah, liat fotonya, trus di zoom, ehh kepencet dua kali.
Iya kalau dia bukan siapa-siapa kita, jadi kalau kepencet dua kali ya biasa aja. Tapi kalau misalnya dia orang yang masih ada hubungannya dengan kita gimana, kayak; mantan, gebetan mantan, mantannya gebetan.
Nah mungkin salah satu hal yang bisa kita gunakan untuk mencegah hal tersebut adalah dengan nge-stalk pake second account.

Sebenernya second account itu terbagi menjadi dua, ada real account dan fake account. 

Real account biasanya digunakan untuk nyampah. Kita meng-expose diri sendiri di second account kita dan biasanya second account yang real, hanya di follow oleh orang-orang terdekat saja.

“Karena nggak semua bisa kita upload di first account, jadi kita membutuhkan second account untuk lebih menjadi diri sendiri. Itu jadi kayak, we have own private life yang cuma orang-orang terdekat doang yang bisa tau.” Risa, orang yang habis diputusin karena hijrah.

Tapi dari pendapat di atas, gue melihatnya justru first account itu hanya untuk pencitraan aja. sedangkan second account untuk menjadi diri sendiri yang sesungguhnya. Bener?
(kalau lu kurang setuju, kasih pendapat lu di komentar ya.)

Selanjutnya ada fake account. 
Ini nih yang biasanya digunakan oleh para stalker.
“untuk ngepoin mantan pacar, mantan pacarnya pacar, dan bisa juga menjadi haters nomor satu di hubungan mantan, Ahh aku syuka wkwkwk.” Winda, Perusak hubungan mantan.

Kok gue ngebacanya ngeri yaa…

Karena pendapat dari Winda, gue sempet mikir jangan-jangan akhir-akhir ini gue sering di kepoin sama mantan-mantan gue. Soalnya banyak banget akun-akun nggak jelas yang nge-follow gue dan nge-seen IG Stories gue. 

Lebay banget lu trah.

Selain untuk nge-stalk, untuk nyampah dan untuk mengkhususkan hobi, sebenernya ada satu hal menarik lagi yang menjadi keuntungan dalam membuat second account, yaitu:

Menambah followers dan likers.

Ketika kita membuat sebuah second account, biasanya kita akan mem-follow akun asli kita, ya gak sih? Dengan begitu followers dan likers kita akan menambah satu. lumayan lah yaa.

Misalnya, awalnya followers lu 782 dengan rata-rata likers per postingan 208. Dengan adanya second account, followers lu jadi 783 dan rata-rata likers per postingan menjadi 209. Mantep kan? 

Itulah hasil dari observasi kecil-kecilan gue tentang second account. Sejujurnya gue tuh nggak punya second account. Sejauh ini gue masih merasa belum membutuhkan second account sih, karena ya hobi gue random, gue nggak terlalu suka nge-stalk, dan gue juga merasa nggak punya banyak foto untuk di upload. Jadi real account gue ini sudah sangat cukup. 

Jika kalian punya pendapat lain, bisa langsung tambahin di kolom komentar ya…

Segitu aja dari gue.

I love you.

Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

Cewek bilang kangen

“Wajar gak sih kalau cewek bilang kangen ke cowok?” Gue dapet pertanyaan ini dari temen gw, sebut saja namanya Elis. Nama panjangnya, Pensil Elis.  Sore itu, gue lagi asik ngobrol sama Elis. Dia cerita kalau dia lagi deket sama seorang cowok yang misterius. Awalnya gw mikir “misterius” disini itu si cowok memang make topeng gitu kaya Rey Misterio. Tapi setelah itu dia ngejelasin kalau misterius yang dia maksud adalah susah ditebak. Misalnya malem ini dia abis telponan berjam-jam dan besoknya tiba-tiba dia hilang nggak ada kabar. Atau dia abis makan malam bareng di suatu hari tanpa sengaja kita berjumpa. Ciee nyanyi. Enggak enggak. Jadi dia abis makan di suatu restoran, trus tiba-tiba besoknya dia nyalon jadi presiden. Gak ketebak banget dah. Setelah cerita panjang lebar tentang si cowok misterius itu, Elis langsung nanya ke gue. “Wajar gak sih kalau cewek bilang kangen ke cowok?” “wajar sih menurut gue” “tapi gue kan cewek trah, masa gue yang bilang kangen duluan...

Aku Pikir Itu Kamu

  Aku duduk di sebuah cafe dengan laptop, rokok dan segelas kopi. Jam menunjukan pukul 22.00 WIB   Samar-samar aku mencium wangi parfum, yang dulu pernah menjadi wangi yang paling aku suka. Wangi parfummu. Tiba-tiba aku teringat. Saat itu, di depan rumahmu. Kita baru saja melakukan kencan pertama kita. Sehabis turun dari motor bututku, kau menempelkan bagian bawah tanganmu ke hidungku. “Gimana?” tanyamu. “Wangi.” Balasku. “Mulai sekarang inget wangi ini ya. Soalnya parfum ini yang akan selalu aku pakai setiap jalan sama kamu.” Aku balas tersenyum dan mengangguk.   Pernah juga suatu waktu, kamu datang kepadaku dengan muka cemberut. “Kamu kenapa? Ada masalah di kampus?” “Nggak ada.” “Terus kenapa cemberut gitu?” “Parfum aku habis.” “Ya kan tinggal beli. Mau aku temenin?” “Nggak usah, nanti aku minta temenin Riri aja.” “Loh kenapa nggak sama aku?” “Nanti kalau kamu nemenin aku, kamu tau parfum apa yang aku pakai. Terus nanti pas kita uda...

Gagal Bertemu

Malam ini hujan turun di Bandung dan aku duduk sendiri di pojok kafe ditemani segelas kopi susu khas kafe ini yang bagiku tidak ada bedanya dengan kopi susu di kafe lain. Harusnya aku tidak sendiri. Ada seorang wanita yang sedang menuju ke sini untuk berbincang denganku malam ini. Tapi sialnya, hujan menghambat pertemuan kami. Sesekali aku melihat ke arah pintu masuk sambil berharap ia segera datang. Namun yang aku lihat hanya orang yang sedang berlalu-lalang.   Satu jam berlalu dan aku masih saja menunggu.   Rasanya aku sering sekali berada di posisi seperti ini. Datang tepat waktu sesuai dengan jam yang ditentukan, namun yang ikut menentukan, tidak menepatinya.   Mungkin baginya ini hanyalah pertemuan sepele yang tidak perlu datang tepat waktu, tapi bagiku, bertemu dengannya adalah sesuatu. Aku sengaja mengosongkan waktu agar bisa bertemu. Walau hanya sesaat, setidaknya bisa berjumpa tanpa halangan layar kaca.   Hujan mulai reda namun ia tak kunju...